Kamis, 27 Maret 2014

FILM MENGENAI HINDU


1. Sembahyang


2. Pernikahan


3. Upacara Kematian


FILM MENGENAI BUDDHA


1. Kelahiran Sidarta Gautama



                                      

2. Bakti Puja


                                    

3. Pernikahan


                                   


Rabu, 26 Maret 2014

PENINGGALAN KERAJAAN BUDDHA DI INDONESIA


1. Candi Borobudur


2. Prasasti Telaga bukit


4. Candi Mendut


5. Candi Kidal


PENINGGALAN HINDU DI INDONESIA


1. Candi Prambanan


Nama asli dari komplek candi ini adalah siwagrha yang diambil dari bahasa sansekerta yang mengandung ari rumah siwa. Hal tersebut juga tertulis dalam sebuah prasasti yang bernama prasasti siwagrha. Hal tersebut semakin diperkuat dengan adanya arca dewa siwa setinggi 3 meter di sebuah ruang utama candi. terdapat sebuah cerita yang cukup terkenal di kawasan candi tersebut, yaitu pada zaman dahulu tedapat sebuah putri bernama rara jonggrang yang dilamar oleh seseorang bernama bandung bondowoso namun rara jonggrang tidak mencintainya dan meminta syarat dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam sebagai syarat untuk menikahinya. Bandung bondowoso hampir menyelesaikannya sebelum rara jonggrang meminta seluruh wanita untuk membunyikan lesung padi sehingga bandung bondowoso tidak dapat menyelesaikannya. Bandung bondowoso kala itu baru menyelesaikan 999 candi dan karena marahnya, bandung bondowoso pun mengutuk rara jonggrang untuk dijadikan candi ke seribu.

2. Yupa Kalingga


3. Mandala Amoghapasha (Singasari)


4. Candi Plaosan


5. Yupa Tarumanegara


6. Arca Dewi Durga



KERAJAAN BUDDHA DI INDONESIA

KERAJAAN BUDDHA DI INDONESIA

1. Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah suatu kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M dan berpusat di pulau Jawa bagian timur. Kerajaan ini pernah menguasai sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, dan banyak wilayah lain di Nusantara. Majapahit dapat dikatakan sebagai kerajaan terbesar di antara kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dan termasuk yang terakhir sebelum berkembang kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Nusantara

Sumber catatan sejarah
Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuna. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuna yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuna maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Namun demikian, garis besar sumber-sumber tersebut sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok. Khususnya, daftar penguasa dan keadaan kerajaan ini tampak cukup pasti.
Sejarah Berdirinya Majapahit

Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, kekuasaan Singhasari yang naik menjadi perhatian Kubilai Khan di China dan dia mengirim duta yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singhasari menolak untuk membayar upeti dan Khan memberangkatkan ekspedisi menghukum yang tiba di pantai Jawa tahun 1293. Ketika itu, seorang pemberontak dari Kediri bernama Jayakatwang sudah membunuh Kertanagara. Kertarajasa atau Raden Wijaya, yaitu anak menantu Kertanegara, kemudian bersekutu dengan orang Mongol untuk melawan Jayakatwang. Setelah Jayakatwang dikalahkan, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut.
Pada tahun 1293 itu pula Raden Wijaya membangun daerah kekuasaannya di tanah perdikan daerah Tarik, Sidoarjo, dengan pusatnya yang diberi nama Majapahit. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawarddhana.

2. Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan Kerajaan Mataram Kuna sebagai pembeda dengan Mataram Baru atau Kesultanan Mataram (Islam), adalah suatu kerajaan yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dan abad ke-10. Kerajaan Mataram terdiri dari dua dinasti, yakni Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra. Wangsa Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Wangsa Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua wangsa ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.

3. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang pernah berdiri secara independen di wilayah Kepulauan Nusantara bagian barat dari abad ke-7 (bahkan mungkin sebelumnya) hingga abad ke-12. Setelah didahului serbuan dari Kerajaan Chola dari India Selatan dan Kerajaan Singasari dari Jawa yang melemahkan kekuatan militernya, Sriwijaya menjadi kerajaan taklukan tetangganya, Kerajaan Melayu Jambi dan bertahan hingga berdirinya Kerajaan Majapahit, sebelum akhirnya benar-benar runtuh pada abad ke-14. Pusat pemerintahannya kemungkinan besar di sekitar Palembang, Sumatra, meskipun ada pendapat lain yang menyebutkan Ligor di Semenanjung Malaya sebagai pusatnya.

Walaupun pada masa kebesarannya diketahui memiliki pengaruh politik, ekonomi, dan budaya yang besar, meliputi Indonesia bagian barat, Semenanjung Malaya, Siam bagian selatan, dan sebagian Filipina, kerajaan ini sama sekali tidak meninggalkan naskah tulisan atau sastra sama sekali, kecuali beberapa prasasti batu atau keping tembaga serta bahasa Melayu di pesisir-pesisir kepulauan Nusantara yang menjadi akar dari bahasa Indonesia. Keberadaannya malah banyak diketahui dari tulisan-tulisan musafir Tiongkok dan Arab. Namun demikian, banyak ditemukan peninggalan-peninggalan berupa benda-benda keramik dan beberapa bangunan yang dibuat dari batu bata.

Raja-Raja Sriwijaya
Berikut ini adalah nama raja-raja Sriwijaya:
Samarawijaya
Sri Bameswara
Jayabaya
Kertajaya

Catatan-catatan mengenai Sriwijaya
Berikut ini adalah beberapa sumber sejarah yang diketahui berkaitan dengan Sriwijaya:
Berbahasa Sanskerta atau Tamil

Prasasti Ligor di Thailand
Prasasti Kanton di Kanton
Prasasti Siwagraha
Prasasti Nalanda di India
Piagam Leiden di India
Prasasti Tanjor
Piagam Grahi
Prasasti Padang Roco
Prasasti Srilangka

Sumber berita Tiongkok :
Kronik dari Dinasti Tang
Kronik Dinasti Sung
Kronik Dinasti Ming
Kronik Perjalanan I Tsing
Kronik Chu-fan-chi oleh Chau Ju-kua
Kronik Tao Chih Lio oleh Wang Ta Yan
Kronik Ling-wai Tai-ta oleh Chou Ku Fei
Kronik Ying-yai Sheng-lan oleh Ma Huan

Prasasti berbahasa Melayu Kuna
Prasasti Kedukan Bukit tanggal 16 Juni 682 Masehi di Palembang
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Talang Tuo tanggal 23 Maret 684 Masehi di Palembang
Prasasti Talang Tuo
Prasasti Telaga Batu abad ke-7 Masehi di Palembang
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Palas Pasemah abad ke-7 Masehi di Lampung Selatan
Prasasti Karang Brahi abad ke-7 Masehi di Jambi
Prasasti Karang Brahi
Prasasti Kota Kapur tanggal 28 Februari 686 Masehi di P. Bangka
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Sojomerto abad ke-7 Masehi di Pekalongan - Jawa Tengah

Pengaruh budaya
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Srivijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melewati perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9.
Kerajaan Sriwijaya juga membantu menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, dan pulau Kalimantan bagian Barat.
Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra melalui Aceh yang telah tersebar melalui hubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414 pangeran terakhir Sriwijaya, Parameswara, memeluk agama Islam dan berhijrah ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kesultanan Melaka.
Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan nusantara dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada tahun 1017, 1025, dan 1068, Sriwijaya telah diserbu raja Chola dari kerajaan Colamandala(India) yang mengakibatkan hancurnya jalur perdagangan. Pada serangan kedua tahun 1025, raja Sri Sanggramawidjaja Tungadewa ditawan. Pada masa itu juga, Sriwijaya telah kehilangan monopoli atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok-India. Akibatnya kemegahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singasari yang berada di bawah naungan Sriwijaya melepaskan diri. Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, yang dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya. Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berlangsung hingga dua abad sebelum akhirnya melemah. Berita bahwa kerajaan Melayu Jambi takluk kepada Majapahit hingga sekarang masih diragukan kebenarannya. Karena setelah kemundurannya wilayah sumatera bagian selatan merupakan daerah tanpa kekuasaan dan pusat bajak laut Selat Malaka.

KERAJAAN HINDU DI INDONESIA

KERAJAAN HINDU DI INDONESIA

  1. Krajaan Kutai
Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia.Kerajaan ini berdiri pada tahun 400 Masehi.Raja pertamanya adalah Kudungga,kemudian digantikan oleh Asmawarman.Raja terkenalnya adalah Mulawarman yang tak lain dan tak bukan ialah anak dari Asmawarman.Raja Mulawarman menyembah Dewa Syiwa maka ia beragama Hindu.
Peninggalan sejarah kerajaan ini ialah sebuah prasati bernama yupa.Prasasti ini menceritakan keberhasilan Mulawarman dalam mengirimkan 20.000 ekor sapi kepada Dewa Brahma.

   2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan ini merupakan kerajaan tertua di Jawa.Kerajaan ini berdiri pada tahun 450 Masehi di Bogor,Jawa Barat.Raja pertama sekaligus raja terkenalnya adalah Raja Purnawarman.Raja Purnawarman menyembah Dewa Wisnu maka ia menganut agama Hindu.Kerajaan ini memiliki 7 buah peninggalan,yaitu :

  • Prasasti Ciareutan
  • Prasasti Jambu
  • Prasasti Cianten
  • Prasasti Pasir Awi
  • Prasasti Tugu
  • Prasasti kebon kopi;dan
  • Prasasti Lebak

   3. Kerajaan Mataram

Mataram ini berdiri didaerah Yogyakarta.Raja pertamanya adalah Sanna yang kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya yang bergelar Rajamataram Sangratu Sanjaya.Kerajaan ini dikenal dari sebuah prasasti di desa Canggal,Magelang.Ditulis dengan huruf Pallawa pada tahun 732 Masehi.Prasasti ini menceritakan tentang didirikannya sebuah Lingga Syiwa di bukit Kuncarakunja.

   4. Kerajaan Kediri

Kediri terletak ditepi Sungai Brantas,Jawa Timur,beribu kota di Daha.Raja - raja yang pernah memimpin Kediri adalah Bameswara,Jayabaya,Sarweswara,Aryyeswara,Gandra,Kameswara dan Kertajaya.Raja Baweswara dikenal sebagai Raden Asmarabangun dan permaisurinya Sri Kiranavatu atau Dewi Candra Kirana.
Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa Jayabaya yang terkenal dengan ramalannya.Peninggalan sejarahnya antara lain :
  • Prasasti Pandeglang
  • Prasasti Penumbangan
  • Prasasti Hantang
  • Prasasti Talan
  • Prasasti Jepun
  • Prasasti Kahyunan
  • Prasasti Weleri
  • Prasasti Angin
  • Prasasti Semanding.

   5. Kerajaan Singasari


Singasari terletak di Tumapel,Malang.Didirikan oleh Ken Arok tahun 1222 Masehi.Ken Arok dinobatkan oleh Dewa Brahma sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang menunjukkan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan Hindu.Raja - raja yang pernah memerintah disana Sri Rajasa Sang Amurwahbumi(Ken Arok),Anusapati, Tohjaya,Ranggawuni dan Kertanegara.
Singasari mencapai masa kejayaannya pada saat Kertanegara yang mengirimkan tentara ke Melayu dalam usaha memperluas wilayah yang terkenal dengan istilah Ekspedisi Melayu.
Peninggalan sejarahnya antara lain :
  • Candi Singasari
  • Candi Kidal
  • Candi Jago
  • Candi Kangenan
  • Candi Katang Lumbang

    6. Kerajaan Majapahit

 Majapahit terletak di selatan Sungai Brantas yang berpusat di Trowulan.Kerajaan ini berdiri pada 1294 Masehi.Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana.Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada.Gajah Mada memiliki niat suci untuk menyatukan nusantara dengan sumpah Amukt Palapa yang berisi :

"Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, TaƱjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

yang artinya :
"Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Kerajaan ini menjadi kacau setelah adanya pemberontakkan Nambi.Patih Gajah Mada wafat pada tahun 1364 Masehi dan disusul oleh Hayam Wuruk pada tahun 1389 Masehi.Peninggalan sejarahnya antara lain :
  • Kitab Negarakertagama
  • Kitab Arjunawiwaha
  • Kitab Sutasoma
  • Candi Panataran
  • Candi Sumberjati
  • Candi Sawentar
  • Candi Tikus
  • Candi Jabung
  • Candi Tiga wangi
  • Candi Surawana



Minggu, 23 Maret 2014

Jalur Pelayaran India-Indonesia





Agama Hindu- Budha berasal dari India, kemudian menyebar ke Asia Timur. Asia Tenggara termasuk Indonesia. Timbul suatu pertanyaan bagaimana proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap kebudayaan Indonesia?

Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya, silahkan amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara yang di atas.
Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.

Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.

Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaitu antara lain:
Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.

Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.

Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut.

Disamping pendapat / hipotesa tersebut di atas, terdapat pendapat yang lebih menekankan pada peranan Bangsa Indonesia sendiri, untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini.

Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:

Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.

Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk menghindukan seseorang.

Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha ke Indonesia. Beberapa hipotesis di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses perdagangan.
Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi. Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).